Ada
sesuatu yang hilang dari perbendaharaan kehidupan
bangsa Indonesia hari ini. Sesuatu yang sering diucapkan oleh
banyak orang tetapi tidak dimiliki oleh bangsa ini. Sesuatu itu adalah Karakter. Tidak adanya
karakter dalam kepribadian bangsa ini membuat berbagai teori dan
strategi tidak ada yang bisa berjalan dengan baik. Orang
ramai-ramai meninggalkan karakter dan bergeser ke kutub yang berlawanan, Branding atau Promotion.
Maka tidak heran ketika seseorang ingin menjadi pejabat publik, apakah itu
bupati , walikota atau anggota legislatif yang dilakukannya bukan
membangun karakter tetapi membangun citra dengan memasang foto dirinya di
pohon-pohon dan angkutan kota.
“Sebelum membangun
yang lain, membangun negeri ini harus diawali dengan membangun
karakternya,” kata Presiden IIBF, Ir. Heppy Trenggono ,
MKomp, di depan 300 lebih anggota Forum Keluarga Alumni (FKA)
ESQ Surabaya, Minggu pagi. Karena karakter akan
membuat sebuah perusahaan atau sebuah bangsa memiliki masa
depan. Orang-orang besar dalam sejarah adalah orang yang memiliki karakter
dan memiliki komitmen untuk membangun karakter bangsanya. Bahkan
Rosulullah SAW, membawa risalah Islam adalah untuk membangun
karakter ummat manusia. Dalam ucapannya yang sangat terkenal “Sesungguhnya aku diutus kepadamu
semua untuk menyempurnakan akhlak (karakter)”.
Bagaimana membangun karakter? Heppy mengungkapkan ada tiga kunci untuk membangun karakter. Pertama, Identitas atau jati diri. Identitas atau jati diri ini dapat ditemukan dengan menjawab pertanyaan “ siapa” diri kita. Identitas atau jati diri akan membuat seseorang menyadari siapa dirinya dan ciri-ciri apa yang harus melekat pada dirinya karena identitas itu. Seorang yang tidak sadar identitasnya sebagai seorang ayah maka dia tidak akan pernah menjadi ayah yang baik. Demikian pula seorang yang tidak sadar dirinya seorang pemimpin perusahaan maka dia tidak akan pernah bisa memimpin perusahaannya secara efektif. “Sama ketika Indonesia tidak menyadari dirinya adalah sebuah bangsa besar, maka dia tidak akan pernah dapat meraih kebesaran dan kejayaan seperti yang telah diraih oleh bangsa-bangsa lain di dunia,” jelas Heppy.
Bagaimana membangun karakter? Heppy mengungkapkan ada tiga kunci untuk membangun karakter. Pertama, Identitas atau jati diri. Identitas atau jati diri ini dapat ditemukan dengan menjawab pertanyaan “ siapa” diri kita. Identitas atau jati diri akan membuat seseorang menyadari siapa dirinya dan ciri-ciri apa yang harus melekat pada dirinya karena identitas itu. Seorang yang tidak sadar identitasnya sebagai seorang ayah maka dia tidak akan pernah menjadi ayah yang baik. Demikian pula seorang yang tidak sadar dirinya seorang pemimpin perusahaan maka dia tidak akan pernah bisa memimpin perusahaannya secara efektif. “Sama ketika Indonesia tidak menyadari dirinya adalah sebuah bangsa besar, maka dia tidak akan pernah dapat meraih kebesaran dan kejayaan seperti yang telah diraih oleh bangsa-bangsa lain di dunia,” jelas Heppy.
Kedua, Nilai atau keyakinan. Nilai dan keyakinan ini dapat
ditelusuri dengan menjawab pertanyaan “apa” yang kita yakini. Yakin itu
artinya sungguh-sungguh yakin bukan hanya sekedar percaya. Orang yang
mengaku percaya tetapi tidak yakin terhadap sesuatu kemungkinan
besar tidak menjalani apa yang dipercayainya itu. tetapi jika
sudah menjadi keyakinan maka dia akan sangat mudah melakukan apa yang
diyakininya. Orang yang yakin bahwa sedekah akan melipatgandakan
kekayaan dan memperoleh banyak kebaikan maka dengan mudah dia
mengeluarkan hartanya untuk sedekah. Namun berapa banyak orang yang
enggan bersedekah meskipun dia percaya bahwa sedekah itu akan mendatangkan
kebaikan yang berlipat untuk dirinya. “Bangsa Indonesia harus memiliki
keyakinan bahwa dirinya adalah bangsa besar yang mampu meraih kejayaan,”
kata Heppy. Jika tidak, lanjut Heppy, maka bangsa ini tidak kemana-mana
karena tidak ada energi sebagai akibat lemahnya keyakinan.
Ketiga,
Jelas dalam pembelaan. Jelas
dalam pembelaan ini dapat ditemukan dengan menjawab pertanyaan “apa” yang
sungguh-sungguh kita bela. Tahun 1945 kita bisa bebas dari penjajahan
karena Indonesia memiliki sesuatu yang jelas untuk dibela, yakni
Merdeka. “Kita lebih memilih mati daripada tidak merdeka. Bahkan
tawaran untuk berdamai kita tolak karena kita lebih cinta kemerdekaan,”
urai Heppy. Maka, jika hari ini Indonesia tidak kemana-mana karena kita
tidak memiliki sesuatu yang jelas untuk dibela. Apakah martabat bangsa?
Apakah kejayaan bangsa? Atau kemandirian ekonomi? Tidak ada yang bisa menjawab
karena memang kita tidak memilikinya. “Kalau martabat bangsa yang kita
bela tentu kita tidak akan membiarkan anak-anak kita disiksa atau ditangkap di
negara lain. Dan kalau kejayaan ekonomi yang kita bela tentu kita
tidak akan membiarkan produk asing menguasai pasar dalam negeri,” ungkap
Heppy. Dengan memiliki tiga kunci itu maka karakter akan bisa
dibangun. Dan jika karakter sudah ada maka membangun yang lain-lain
akan sangat mudah. Menurut Heppy, sumber daya alam dan kepastian
hukum sangat penting untuk sebuah negeri, namun karakter adalah segala-galanya,
karena tanpa karakter yang unggul sebuah negara tidak memiliki masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar