Oleh: Dr.
Muhammad Syafi’i Antonio, M.Ec
Jiwa
Kewirausahaan Dalam Diri Muhammad SAW
”Many greatmenstarted as newspapers boys,”
(proverb)
“Kerasnya kehidupan masa kecil dapat menimbulkan dorongan
untuk bekerjakeras, pantang menyerah dan ketahanan dalam memimpin”
(Manfred Ketsde Vries)
Jiwa
kewirausahaan (entrepreneurship) dalam diri Muhammad Saw tidak terjadi begitu
saja, tetapi hasil dari suatu proses panjang dan dimulai sejak beliau masih kecil.
(Antonio,2008). Dari hasil penelitian Collindan Moores (2964) dan Zaleznik
(1976), mereka menyimpulkan,”The act of entrepreneurship is an act patterned after
modes of coping with early childhood experience. ”Pendapat semacam ini diamini oleh
kebanyakan guru leadership yang sepakat bahwa; apa yang terjadi pada tahun-tahun
pertama kehidupan kita akan membuat perbedaan yang berarti dalam periode kehidupan
berikutnya.
Menurut
mereka, pengalaman masa kecil dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan seseorang.
Pengalaman masa kecil juga bisa menimbulkan dorongan dan daya kritis, kemauan mencoba,
disiplin, dan sebagainya yang akan membantu seseorang untuk mengembangkan rasa percaya
diri serta keinginan berprestasi. Sebaliknya, pengalaman masa kecil dapat pula menyebabkan
seseorang untuk tidak melakukan hal-hal tersebut.
Jauh sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah, beliau sudah
dikenal sebagai pedagang. Bahkan, sejak kecil, putra dari pasangan Abdullah dan
Aminah ini telah menunjukkan kesungguhannya terjun dalam bidang bisnis atau kewirausahaan
(entrepreneurship).
Perbandingan Masa Hidup
Rasulullah SAW antara Bisnis & Kenabian
Muhammad Saw mulai merintis karir dagangnya saat berusia 12
tahun dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan sebagai
pedagang terus dilakukan hingga menjelang beliau menerima wahyu (berusia
sekitar 37 tahun). Kenyataan ini menegaskan; Muhammad Saw telah menekuni dunia
bisnis selama lebih kurang 25 tahun. Lebih lama dari masa kerasulan beliau yang
berlangsung sekitar 23 tahun (lihat gambar).
Masa Kecil Membentuk
Jiwa Wirausaha
Terjunnya Muhammad SAW dalam perniagaan sejak dini, tidak
terlepas dari kenyataan yang menuntut beliau untuk belajar hidup mandiri.
Maklumlah, tatkala usia 6 tahun, Muhammad kecil sudah ditinggal wafat kedua
orang tuanya. Sejak itu beliau sempat diasuh sang kakek, Abdul Muthalib, dan
dilanjutkan pamannya, Abu Thalib, yang sangat sederhana kehidupan ekonominya.
Abu Thalib memiliki perasaan yang halus dan terhormat dikalangan Quraisy. Ia
mencintai Muhammad Saw sama seperti Abdul Muthalib mencintai beliau. Budi
pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, membuat Abu
Thalib kian menyayanginya. Kondisi ekonomi keluarga sang paman yang pas-pasan,
membuat Muhammad Saw merasa harus berusaha untuk meringankan bebannya.
Beliaupun sempat bekerja “serabutan”; membantu tetangga merapihkan
pekarangannya, memikul batu untuk sedikit upah atau mengambil kayu bakar dari
hutan atau semak belukar lalu menjualnya dipasar. Muhammad Saw kecil
melakukukan apa saja yang “halal” untuk memperkecil ketergantungannya kepada
sang paman.
Subhanallah, suatu hal yang sangat jarang kita temukan pada anak-
anak seusia itu saat ini. Dimana tidak sedikit anak-anak kita hidup dalam
“kenyamanan dan kemudahan”. Mereka dipilihkan sekolah favorit yang berafiliasi
internasional dengan bayaran SPP selangit. Berangkat ke sekolah diantar dengan
mobil ber-A/C, ditunggu oleh sang supir atau dijemputnya pulang saat sekolah
usai. Seuai sekolah anak-anak bisa mengikuti berbagai kursus dan les atau
bahkan hang-out bermain di mall dan shoping centre. Untuk itu mereka dibekali
handphone dan ATM. Sangat jarang anak-anak kita memiliki kesadaran untuk
meringankan beban keuangan orang tuanya dengan menujual makanan-makanan kecil
di lingkungan sekolah, berjualan Koran sore hari atau menjajakan kue ke
warung-warung sekitar rumah.
Peta Perjalanan Dagang
Muhammad SAW
Ketika berusia 12 tahun, Muhammad ikut berdagang dengan
pamannya ke Syiria (Syam). Awalnya, Abu Thalib tidak berniat mengajaknya karena
medan perjalanan yang sangat sulit; melewati padang pasir yang luas. Tapi,
karena Muhammad kecil berkeras untuk ikut, ia terpaksa mengabulkan permintaan
tersebut. Kerasnya keinginan Muhammad Saw untuk ikut ekspedisi dagang menunjukkan
betapa besar semangatnya untuk merubah nasib, memperbaiki keadaan dan tidak
merepotkan sang paman terlalu jauh.
Peta Perjalanan Dagang Muhammad di Masa Remaja
Sumber: Khalil, Shawqi Abu. 2003. Atlas on the Prophet‟s
Biography. Riyadh: Darussalam. Hal. 44.
"Berdasarkan
peta diatas, maka tempat-tempat yang dikunjungi Muhammad Saw muda saat ikut
berdagang yaitu: Madinah, Khaibar, Taima, Daumatil Jandal, Busra (dekat)"
Dalam
perjalanan dagang tersebut, Muhammad melewati daerah Madyan, Wadi‟al-Qura, serta peninggalan bangunan-bangunan Thamud.
Beliau mendengar cerita orang-orang Arab dan penduduk pedalaman tentang
bangunan-bangunan tersebut dan sejarahnya. Di Syam (Syiria), Muhammad Saw juga
mendengar berita tentang kerajaan Romawi dan agama Kristen, serta tentang kitab
suci mereka. Meskipun usia Muhammad baru 12 tahun, namun beliau sudah mempunyai
persiapan kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajaman otak, mempunyai pengamatan
yang mendalam, serta ingatan yang kuat. (Haikal:1980)
Saat menempuh perjalanan dagang itu, Muhammad dan pamannya
bertemu dengan seorang rahib (pendeta Nasrani) bernama Bahira atau Buhaira yang
melihat tanda kenabian pada diri beliau sesuai naskah (manuscript) Nasrani yang
disimpannya ( ‘Ali, Shahi-h al-Si-rah al-Nabawiyah, hal 58-59). Si Rahib menasihati
Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syam. Dikhawatirkan, orang-orang
Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat pada Muhammad.
Unsur-unsur Manajemen
Nabi Muhammad SAW
Muhammad
melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan anak-anak seusianya. Tatkala merasa
mampu bekerja sendiri, beliau mulai menggembala kambing milik penduduk Makkah
dan menerima upah atas jasanya itu. Kegiatan menggembala kambing mengandung
nilai-nilai yang luhur: pendidikan rohani, latihan merasakan kasih saying
kepada kaum lemah, serta kemampuan mengendalikan pekerjaan berat dan besar.
Berikut ini hikmah atau pengaruh dari kegiatan menggembala
kambing terhadap unsur-unsur manajemen:
Sumber: Antonio, Muhammad
Syafi’i, Muhammad: the Super Leader Super Manager, ProLM&Tazkia
Publishing, 2009, hal.
Karir Pertama Nabi
Muhammad SAW
Menjelang usia dewasa, beliau memutuskan untuk memilih sector
perdagangan sebagai karirnya. Beliau menyadari bahwa pamannya bukanlah orang
yang kaya namun memiliki beban keluarga yang cukup besar. Oleh karena itu
Muhammad muda berpikir untuk berdagang. Terlebih lagi, sebagai salah seorang
dari anggota keluarga besar suku Quraisy yang umumnya pedagang, Muhammad Saw
diharapkan menjadi pedagang pula. Rupanya, kondisi dan pengalaman berdagang
masa kecil telah menempa diri Muhammad sehingga dikemudian hari beliau menjadi
seorang wirausahawan yang handal dan sukses. Apalagi, nilai-nilai kejujuran,
kedisiplinan, dan semangat pantang menyerah sudah tampak pada pribadi Insan
pilihan Allah ini. Tampak jelas bahwa Muhammad muda ingin sekali untuk bisa
hidup mandiri. Dalam sebuah riwayat beliau bersabda, “Tidak seorangpun
pernah memakan makanan yang lebih baik, daripada yang dimakan dari hasil kerja
dengan tangannya sendiri. Nabi Daud As pun biasa makan hasil kerja tangannya” (HR.Bukhari).
INBOX: “Muhammad Saw telah membina dirinya menjadi seorang
pedagang profesional, yang memiliki reputasi dan integritas luarbiasa. Beliau berhasil
mengukir namanya dikalangan masyarakat bisnis pada khususnya, dan kaum Quraisy pada
umumnya.” (Afzalurrahman, Encyclopedia of Seerah Vol.II buku ke-3, The Moslem
School Trust, 1982)
Masa Usia Dewasa Nabi
Muhammad SAW
Aisyah Ra meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda, “Hal-hal
yang paling menyenangkan yang engkau nikmati adalah yang dating dari hasil
tanganmu sendiri,,,, dan anakmu berasal dari apa yang engkau hasilkan”
(HR.Tirmidzi, Nasa‟I dan Ibn Majah). Nabi Saw juga
bersabda, “Berusaha mendapatkan nafkah yang halal adalah kewajiban disamping
tugas-tugas lainnya yang telah diwajibkan” (HR.Baihaqi dalam Shu‟abal-iman).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar