Minggu, 04 Maret 2012

Strategi Sukses Bisnis dan Entrepreneurship Rasulullah SAW part 2 - selesai

Sebelum Menikah Sudah Berbisnis 

Ketika merintis karir di bidang bisnis, beliau mulai berdagang kecil-kecilan di kota Makkah. Muhammad Saw membeli barang-barang dari suatu pasar, lalu menjualnya kepada orang-orang. Fakta ini kian menegaskan; pekerjaan sebagai pedagang sudah dilakukan oleh Muhammad Saw, jauh sebelum beliau menikah dengan Khadijah. Muhammad Saw sempat menerima modal dari para investor serta anak-anak yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana peninggalan orang tuanya. Mereka sangat mempercayai Muhammad Saw untuk menjalankan bisnis dengan uang mereka berdasarkan kerja sama mudha-rabah.


Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dalam suatu usaha atau proyek tertentu. Pihak pertama (ma-lik, sha-hib al-ma-l) menyediakan seluruh modal; pihak kedua (‘a-mil, mudha-rib, nasabah) bertindak selaku manajer atau pengelola. Keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Tetapi, jika terjadi kerugian akan ditinjau secara adil. Seandainya kerugian timbul akibat risiko bisnis, akibat cuaca, gempa, atau force majeur lainnya, maka akan ditanggung oleh pemilik modal. Namun bila kerugian karena keteledoran atau kecurangan pengelola usaha, maka si pengelola atau manajer wajib bertanggung jawab atas kerugian tersebut.



Integritas Berdagang Nabi Muhammad SAW

Dalam menjalankan bisnisnya, Muhammad Saw menghiasi diri dengan kedisiplinan, memperkaya dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat-sifat mulia lainnya. Tidak mengherankan apabila penduduk Makkah mempercayai sosoknya dan menggelari Muhammad Saw sebagai Al-ami-n (orang yang terpercaya).

Sebuah riwayat menceritakan, Rabi bin Badr pernah melakukan kerja sama dagang dengan Muhammad Saw. Tatkala mereka bertemu kembali, Muhammad Saw bertanya, ”Apakah Anda mengenaliku?” Ia menjawab, ”Kau pernah menjadi mitraku dan mitra yang paling baik pula. Engkau tidak pernah menipuku dan tidak berselisih denganku. ”

Para pemilik modal di Makkah semakin banyak yang membuka peluang kemitraan dengan Muhammad Saw. Salah seorang diantaranya adalah Khadijah yang menawarkan kemitraan berdasarkan mudha-rabah. Khadijah bertindak sebagai pemodal (shahibul ma-l), sedangkan Muhammad Saw sebagai pengelola (mudha-rib).

INBOX
Sebelum menikah dengan Khadijah, Muhammad telah berdagang-sebagai agen dagang Khadijah ke Syiria, Palestina, Yaman, Bahrain dan tempat-tempat lainnya. Banyak agen yang telah dipekerjakan oleh wanita itu sebelum Nabi. Namun tak seorangpun yang bekerja lebih memuaskan disbanding beliau. Khadijah merasa senang dengan kejujuran, integritas, sikap baik dan kemampuan berdagang Nabi sehingga sifat-sifat ini menimbulkan rasa cinta yang suci dalam diri Khadijah.


Wilayah Perdagangan Yang Dikunjungi Muhammad SAW

Wilayah perdagangan yang dikunjungi Muhammad Saw meliputi Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab lainnya. Menurut satu riwayat, sebelum menikah, beliau menjadi manajer perdagangan Khadijah ke pusat perdagangan di Yaman. Muhammadpun empat kali memimpin ekspedisi perdagangan ke Syria dan Jerash di Yordania.

Pusat perdagangan dan turisme Jerash Festival (Mahrajan Jerash) saat ini

Pusat perdagangan dan turisme Jerash Festival (Mahrajan Jerash)  saat ini 

Selain gigih, Muhammad Saw memang pandai dalam berdagang. Tatkala menjual barang dagangannya di pasar-pasar di Busra, misalnya, beliau memperoleh keuntungan dua kali lipat dibandingkan para pedagang lainnya. Itulah sebabnya Khadijah memberikan bagian keuntungan yang lebih besar daripada yang telah mereka berdua sepakati sebelumnya. (Al-Shalabi: 2004)


Wilayah Perdagangan Yang Dikunjungi Muhammad SAW

Dari catatan Afzalurrahman dikemukakan, Muhammad Saw menerima upah seperti dalam bentuk unta. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Allamah Zahabi, bahwa beliau melakukan dua kali perjalanan dagang untuk Khadijah dan mendapat upah dua ekor unta betina dewasa. Kecerdikan Muhammad Saw tampak pula ketika melakukan perjalananan dagang ke Yaman bersama Maysarah, pembantu laki-laki Khadijah. Di samping menjual dagangannya, beliau sengaja mendatangi sentra garmen dan tekstil di sana, kemudian membeli bahan kain dan pakaian jadi untuk di jual di Makkah.


Kompetensi Muhammad SAW dalam Berdagang

Pengenalan wilayah dagang merupakan bagian dari “modal” kompetensi Muhammad  SAW dalam berdagang

Dagangan di pasar-pasar tua Arabia.

Kehandalan Muhammad Saw dalam berbisnis, ditunjang oleh pengetahuannya yang luas mengenai wilayah tujuan dagang yang strategis. Tatkala menjejakkan kakinya ke Bahrain, umpamanya, menurut satu riwayat Imam Ahmad, Muhammad Saw pernah menerima utusan salah satu kabilah dari Bahrain. Kepada utusan itu beliau menanyakan; siapa pemimpinnya? Utusan tersebut menjawab; pemimpinnya adalah Al-Ashajj.

Setelah Muhammad Saw bertemu Al-Ashajj, beliau bertanya kepadanya berbagai hal dan mengenai orang-orang terkemuka. Muhammad Saw pun menyinggung perihal kota-kota perdagangan di Bahrain seperti Safa, Mushaqqar, dan Hijar. Al-Ashajj sangat terkejut dengan luasnya wawasan geografis dan pengetahuan tentang sentra-sentra komersial Muhammad Saw. Katanya, “Sungguh! Anda lebih tahu tentang negeri saya dari pada saya sendiri. Anda juga lebih banyak mengenal kota-kota di negeri saya dari pada yang saya ketahui. ”Lalu Muhammad Saw berkata, “Saya mendapat kesempatan menjelajahi negeri Anda, dan saya telah diperlakukan dengan baik. Di usia muda, Muhammad Saw memang sudah menjadi pedagang regional karena daerah perdagangannya meliputi hamper seluruh Jazirah Arab.


Setelah Menikah Tetap Berbisnis

Afzalurrahman (2000) mencatat; setelah menikah, Muhammad Saw tetap melanjutkan usaha perdagangannya. Di masa itu, beliau bertindak sebagai mitra dalam usaha istrinya. Beliau melakukan perjalanan bisnis ke berbagai pusat perdagangan di seluruh penjuru negerinya dan negeri-negeri tetangga.

Tidak banyak catatan sejarah yang merekam usaha perdagangan dan perjalanan bisnis yang dilakukan Muhammad Saw setelah menikah. Tetapi, sebagaimana dinyatakan lebih lanjut oleh Afzalurrahman, terdapat catatan tentang hubungan dagang beliau dengan berbagai macam orang. Hal ini member petunjuk bahwa beliau tetap menggeluti bidang perdagangan setelah menikah.

Satu hal yang berbeda, sebelum menikah, Muhammad Saw sebagai project manager bagi Khadijah. Setelah menikah, beliau menjadi joint owner dan supervisor bagi agen-agen perdagangan Khadijah.

Dalam ilmu entrepreneurship, yang dilakukan Muhammad Saw pasca menikah merupakan suatu lompatan dari quadran pekerja pindah menjadi quadran business owner dan co-investor. Muhammad Saw telah mengaplikasikan suatu teori seperti yang pernah disarankan Robert T. Kiyosaki, teori cashflow quadrant. Uniknya teori tersebut baru dikemukakan sekitar 135 abad kemudian. Perbedaan lain Robert T. Kiyosaki memilih untuk menjadi self employed dengan berprofesi sebagai business network consultant dan book writer bukan sebagai trader dan business investor berskala regional atau global.

Source: RoberT kiyosaki, Cash-flow Quadrant,dengan modifikasi

Sejumlah hadits yang memberikan tuntunan perdagangan menunjukkan bahwa Muhammad Saw mengetahui seluk-beluk bisnis. Beliau memahami strategi supaya perdagangan bisa berhasil. Beliau mengetahui sifat dan perilaku yang merusak atau menghambat bisnis perdagangan. Lebih dari itu, Muhammad Saw memahami berbagai hal yang merusak system pasar secara keseluruhan, seperti kecurangan timbangan, menyembunyikan cacat barang yang dijual, riba, gharar, dan sebagainya. Beliau telah membuktikan; kesuksesan dalam bisnis dapat dicapai tanpa menggunakan cara-cara terlarang.

Catatan yang menegaskan bahwa Muhammad Saw tetap menekuni dunia bisnis setelah menikah, didukung dengan sifat kemandirian beliau yang telah tertanam sejak kecil. Apalagi, sekurang-kurangnya, tercatat tiga perjalanan dagang beliau yang sempat diberitakan pasca pernikahannya dengan Khadijah; ke Yaman, Najed, dan Najran. Di samping melakukan perjalanan dagang ke kota-kota lain, beliau terlibat urusan dagang selama musim haji, misalnya di pasar Ukaz dan Dzul Majaz. Beliaupun sibuk mengurus perdagangan grosir di kota Makkah.


Pusat Perdagangan Arab Masa Jahiliyah

Pusat-pusat perdagangan Arab pra Islam dan awal masa Islam yang sebagiannya telah dikunjungi Muhammad Saw.

Pusat-PusatPerdaganganArab MasaJahiliyah


Semasa Muhammad Saw berdagang, sudah terdapat pusat-pusat perdagangan yang dikunjungi para pedagang dari arah timur dan selatan. Sebagai seorang pedagang, besar kemungkinan beliaupun mendatangi pasar-pasar itu berulang kali seperti halnya para pedagang Quraisy lain. Hal ini dilakukan demi mengembangkan serta mempertahankan langganan dan mitra bisnis.

Pusat-pusat perdagangan Arab yang sudah ada sebelum kedatangan Islam itu antara lain; Daumatul Jandal, Al-Mushaqqar (Bahrainal-Ahsa), Suhar (Oman) , Daba (Oman), Shihratau Shihr Mahrah Bukit (diUhud), Souq Aden (Yaman), Souq San a(Yaman), Al-Rabiyah (Hadramaut), Ukaz (diArafah), Zil Majaz, Mina, An-Natah (diKhaibar), dan Al-Hijr (Al-Yamamah). Ketika di Madinah, Muhammad Saw sendiri yang membangun pasar berorientasi syariat Islam. Pasar ini bukanlah seperti pasar yang dikuasai orang-orang Yahudi seperti halnya Pasar Qainuqa' dulu (Qardhawi:1993). Pasar tersebut langsung diawasi oleh Rasulullah. Beliau menertibkan segala sesuatunya, mengurus, serta member bimbingan dan pengarahan kepada masyarakat setempat. Tujuannya adalah supaya tidak ada lagi segala bentuk transaksi yang menyimpang dari ajaran Islam seperti penipuan, pengurangan timbangan, penimbunan, dan yang lainnya.


 Sumber: Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad: the Super Leader Super Manager, ProLm&TazkiaPublishing, 2009, hal.

Perjalanan karir Muhammad Saw di bidang perdagangan sebagaimana tertera dalam tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pada usia 12 tahun, Muhammad Saw telah mengenal perdagangan yang dapat diistilahkan dengan magang (internship). Hal ini terus dilakukan sampai usia 17 tahun ketika beliau telah mulai membuka usaha sendiri. Pada usia ini beliau sudah menjadi seorang business manager. 

Dalam perkembangan selanjutnya, ketika pemilik modal Makkah mempercayakan pengelolaan perdagangan mereka kepada Muhammad Saw beliau menjadi seorang investment manager. Saat berusia 25 tahun dan menikah dengan Khadijah, Muhammad Saw tetap mengelola perdagangannya sebagai mitra bisnis Khadijah. Dengan demikian beliau termasuk sebagai business owner. 

Menginjak usia 30-an, Muhammad Saw menjadi seorang investor dan mulai memiliki banyak waktu untuk memikirkan kondisi masyarakat. Pada saat ini Muhammad Saw sudah mencapai apa yang disebut sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu. Sejak itulah beliau mulai sering menyendiri (tahannuts) ke Gua Hira. Hal ini dilakukan hingga mendapat wahyu pertama pada usia 40 tahun. Periode baru dalam hidup Muhammad Saw sebagai seorang Nabi dan Rasul dimulai.


Periode Kehidupan Muhammad SAW

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa masa kehidupan Muhammad Saw meliputi empat periode seperti tertuang dalam tabel:


INBOX

Perhatian terhadap aspek bisnis Muhammad Saw semakin mengemuka seiring dengan munculnya kembali konsep ekonomi Islam. Selain membangun kerangka teori ekonomi Islam dan berbagai aspeknya, juga dicari tokoh yang dapat dijadikan teladan dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi. NabiMuhammad Saw merupakan figure yang tepat dijadikan sebagai teladan dalam bisnis dan perilaku ekonomi. Beliau tidak hanya memberikan tuntunan dan pengarahan tentang bagaimana kegiatan ekonomi dilaksanakan, tetapi beliau memberikan suri tauladan dan model yang sukses karena telah mengalami sendiri menjadi seorang pengelola bisnis atau wirausaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar